Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tausyiah K.H. Imam Haromain: Sebaik-Baik Mutiara Perhiasan Dunia

Bismillah. Alhamdulillah.
Di tengah retasnya moralitas pergaulan antara lelaki dan kaum perempuan, mungkin tak ada salahnya kita menengok kembali sebuah pertemuan sakral yang bernama pernikahan. Sebab Islam sangat menekankan akan pentingnya jalan pernikahan itu. Saking pentingnya, sehingga dalam kitab-kitab fiqih sepertiganya khusus membahas soal pernikahan. “Nikah itu termasuk sunnahku,” kata Rasul. “Bagi siapa yang tak mengikuti sunnahku, maka dia bukanlah dari golonganku.
Sebuah hidup bersama – dengan bunga-bunga cinta yang betapapun semerbak harumnya, jika dijalin tanpa ikatan tali pernikahan (mitsaqan ghalidan), maka lambat ataupun cepat akan berujung pada kenistaan. Tak hanya cecaran sosial yang bakal diterimanya, namun juga keresahan psikologis yang meruwetkan jiwa. Sebab sebuah kehidupan yang selalu bergelimang dengan noda dan dosa, akan senantiasa pula bermuara pada kegundahan yang tiada tara.

Meskipun jauh dari aroma dosa, namun ketika seseorang lebih memilih hidup sendiri dan menyengaja tak akan pernah mau menikah, maka Rasulullah SAW tetap saja sangat mencelanya. Kisah pertemuan antara beliau dan sahabat Akkaf di bawah ini, kiranya dapat menjadi bahan renungan bersama.
Rasulullah bertanya padanya: “Wahai Akkaf, adakah engkau mempunyai seorang istri?” Maka Akkaf pun menjawabnya: “Tidak ya Rasulullah”. “Dan apakah engkau juga tak memiliki seorang budak pun?” Akkaf masih menjawabnya: “Tidak.” Maka Rasul pun bertanya: “Bukankah engkau adalah orang yang sehat lagi kaya?” Jawab Akkaf: “Iya, wahai Rasul.”
Lantas Rasulullah pun bersabda: “Kalau memang demikian, maka engkau termasuk temannya syetan. Jika kamu dari golongan pendeta Nasrani, maka itu lebih pantas. Tetapi jika kamu mengaku bagian dari umatku, maka lakukanlah seperti yang telah aku lakukan. Dan sesungguhnya nikah itu termasuk dari sunnahku. Sejelek-jelek kalian adalah orang yang tidak mau menikah. Sungguh, seburuk-buruk orang yang mati di antara kalian, adalah orang yang mati tanpa istri. Maka celakalah engkau wahai Akkaf! Segeralah menikah wahai Akkaf!”
Istri Sholihah - Sebaik-baik perhiasan dunia
Akkaf pun berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak akan menikah sehingga Engkau menikahkan aku dengan siapa pun wanita yang Engkau pilih.” Maka Rasulullah bersabda: “Jika demikian, maka kunikahkan atas asma Allah dan moga diberkahi oleh-Nya, dengan Alkarimah binta Qulsum al-Himyari.”
Maka bagi yang masih senang membujang, bersegeralah untuk menikah. Lantaran yang menjadi pendorong adanya pernikahan itu, adalah karena kekhawatiran akan rusaknya mata penglihatan dan rusaknya alat vital. Merebaknya penyakit AIDS di berbagai belahan dunia, cukuplah menjadi salah satu bukti yang mematikan.
Itulah sebabnya, Rasulullah SAW amat sangat melarang orang yang anti perkawinan. Bahkan para pemuda pun, beliau menghimbaunya untuk menyegerakan pernikahan. Sebagaimana yang pernah disabdakannya: “Wahai anak-anak muda, bagi siapa yang telah mampu di antara kalian, maka segeralah untuk menikah. Karena sungguh dengan pernikahan itu, akan dapat menundukkan pandangan. Akan tetapi jika kalian tidak mampu, maka kendalikanlah dengan berpuasa.”
Memang banyak hal yang bisa menjadi alasan, sehingga membuat seseorang tidak segera melakukan pernikahan. Alasan yang kerapkali kita dengar, masih belum cocok atau karena memang belum ketemu jodoh. Tetapi tak sedikit pula dari mereka yang ogah menikah gara-gara takut miskin. Ketakutan itu demikian mengkristalnya, hingga terjawantah dalam joke: “Hidup sendiri saja susah, apalagi nanti kalau sudah menikah!”
Untuk ulasan yang terakhir ini, Rasulullah SAW sangat keras melarangnya. Sebagaimana hal itu tertera pada hadits berikut ini: “Bagi siapa yang menjauhi pernikahan gara-gara takut miskin, maka bukanlah termasuk dari umatku.
Diserukannya pernikahan tersebut, lantaran di balik itu memang banyak sekali mutiara hikmah yang belum sepenuhnya mampu kita singkap. Di antara mutiara tersebut, pernah disabdakan oleh Nabi SAW: “Jika seseorang telah melakukan pernikahan, maka benar-benar sempurnalah separoh dari agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah demi menjaga separoh yang lainnya.” Sabdanya pula: “Barangsiapa menikah karena Allah, maka sesungguhnya dia berhak mendapatkan anugerah kasih sayang-Nya.
Maka sekali lagi, menikahlah! Dan apapun kriteria yang telah Anda prasyaratkan, jangan sampai lupa memasukkan kriteria shalihah. Sebab Rasulullah SAW pernah bersabda: “Dunia itu adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah.
Wallahu a'lam bish-shawab.


*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Gambar diambil dari flickr.com.