Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tausyiah K.H. Imam Haromain: Memegang Teguh Pesan Kejujuran

Bismillah. Alhamdulillah.
Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani meminta izin kepada ibunya untuk menuntut ilmu ke Baghdad, dirinya  meminta dengan nada serius kepada sang Ibunda: “Maka titipkanlah diriku kepada Allah, wahai ibunda.” Kemudian wanita itu pun bertutur kepada anaknya: “Wahai anakku, sesungguhnya ayahmu telah meninggalkan warisan sebanyak 80 dinar. Karena engkau masih memiliki seorang saudara, maka yang 40 dinar untuk kamu. Sedangkan separuhnya lagi untuk saudaramu.”
Maka dimasukkanlah uang dinar tersebut ke dalam sebuah kantung yang dijahit tepat di bawah ketiak baju sang anak. Lalu perempuan itu pun berkata: “Wahai Abdul Qadir, kamu harus senantiasa berkata benar dan selalu berperilaku jujur. Dan jangan sekali-kali kamu melalaikan pesan ibu ini.”
Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani pun menganggukkan kepala dengan mantap. Lalu sambil mencucurkan air mata ibu itu pun berkata: “Kamu aku beri izin. Dan kini dirimu sudah kutitipkan kepada Allah SWT. Barangkali setelah ini aku sudah tidak bisa melihatmu lagi, kecuali nanti di akhirat.”
Sambil terus meneteskan air mata, ibunya mengantarkannya menuju kerumunan orang yang hendak pergi bersama-sama menuju Baghdad. Setelah berada di tengah perjalanan tiba-tiba segerombolan perampok yang jumlahnya cukup besar menghadang mereka. Maka dirampasnya seluruh harta benda milik kafilah tersebut sampai tak tersisa.
Di antara kerumunan perampok itu, ada seseorang yang mendatangi Syaikh Abdul Qadir Jaelani. Dengan suara garang, lelaki perkasa itu pun bertanya: ”Wahai bocah miskin, adakah engkau memiliki harta benda?” Maka Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani pun menjawab dengan tenang: “Aku memiliki uang 40 dinar. Uang tersebut ada dalam sebuah kantung tepat di bawah ketiakku ini.” Tetapi perampok itu sama sekali tak menghiraukannya. Begitupun ketika perampok yang lain menghampirinya, dirinya pun tetap mengulang jawaban yang sama.
Lantas gerombolan perampok itu pun lenyap ke arah perbukitan. Setelah kejadian itu sampai pada telinga pimpinan perampok, maka beberapa orang kembali mendatangi Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani. Kali ini mereka membawanya untuk dihadapkan pada pimpinannya. Pada saat pimpinan perampok itu bertanya kepadanya, Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani masih saja mengutarakan jawaban yang sama. Maka pimpinan perampok itu pun segera mengambil kantung yang ada di bawah ketiak Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani.
Ketika dibuka dan isinya benar-benar uang 40 dinar, pimpinan perampok itu pun merasa takjub dan terkesima. Lalu dia pun berkata: “Wahai anak muda, kenapa engkau berkata jujur seperti itu?” Jawab Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani: “Ibu telah berpesan kepadaku untuk senantiasa berkata benar dan selalu berperilaku jujur. Dan jangan sekali-kali aku tak akan pernah mengingkari pesan itu.”
Pimpinan perampok itu tertegun beberapa saat dan lantas menangis tersedu. “Wahai anak muda, kamu telah menepati janji untuk tak mengingkari pesan ibumu. Sementara aku selama bertahun-tahun telah melanggar aturan-aturan Allah. Maka kini aku menyatakan tobat kepada-Nya di hadapanmu.” Mengetahui pimpinannya bertobat, maka seluruh pengikutnya yang puluhan orang itu pun lantas menyatakan tobat secara bersama-sama pula.
Alhasil, kejujuran ternyata tak hanya berakibat baik bagi diri sendiri, melainkan pula memiliki manfaat yang besar bagi orang lain. Maka alangkah indahnya, jika kejujuran kita jadikan dasar utama bagi hidup dan kehidupan kita.
Sabda Rasulullah SAW: “Berbuat jujurlah kalian, karena sesungguhnya kejujuran itu menghantarkan kepada kebaikan. Dan sesungguhnya kebaikan itu menghantarkan kepada surga. Dan seseorang yang berlaku jujur dan senantiasa pula menjaga kejujurannya, sehingga dia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang terpercaya. Dan takutlah kamu kepada dusta. Karena sesungguhnya dusta itu menghantarkan kepada dosa. Dan dosa itu menghantarkan kepada neraka. Dan seseorang yang berdusta dan senantiasa pula mengulang-ulang kedustaannya, sehingga dia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Wallahu a'lam bish-shawab.

*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain Asy'ari, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra, Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.