Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tausyiah K.H. Imam Haromain: Mengenali Diri di Padang Arafah

Bismillah. Alhamdulillah.
Padang pasir terbuka dan membentang luas itu bernama Arafah. Letaknya berada di sebelah Timur sekitar 25 Km dari kota suci Mekkah. Di belakangnya dikelilingi bukit bebatuan, yang membentuk setengah lingkaran. Di tempat inilah, pada setiap tanggal 9 Dzulhijjah berjuta umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul. Di padang ini pula, tepatnya di Jabal Rahmah, dulu Adam dan Hawa kembali saling bertemu.
Arafah merupakan tempat utama bagi keberlangsungan ibadah haji. Setiap jamaah wajib melakukan wuquf – yang secara harfiah berarti berdiam diri – di tempat itu. Wuquf di Arafah, ditujukan untuk kita berhenti sejenak untuk mengenali diri kembali. Dengan kata lain, kita melakukan instropeksi pada diri sendiri dan juga lingkungan sekitar. Tanpa mengenali diri sendiri, rasanya mustahil seseorang akan dapat mengenali Rabbnya. Tepat apa yang senantiasa diserukan oleh para ahli tasawuf: “Bagi siapa yang mengenali dirinya, maka dia akan mengenali pula siapa Tuhannya.”
Padang Arafah bagai sebuah replika Padang Mahsyar dimana manusia dibangkitkan kembali dari tidur panjang kematiannya. Itulah saat ketika manusia memiliki posisi yang sama di hadapan Tuhannya. Hanya kualitas keimanannya yang membedakan di antara mereka. Itulah sebabnya, pada saat wuquf kita diperintahkan untuk memperbanyak berdoa, taqarrub dan bertaubat demi memohon ampunan-Nya. Juga berdzikir, bertakbir, bertahmid dan bertahlil, serta banyak-banyak melantunkan irama al-Qur'an. Dan jangan sekali-kali melakukan satu perbuatan, yang justru merusak kesucian dari keheningan wuquf yang bening itu.
Sebab wuquf adalah merupakan inti dan puncak dari serangkaian rukun haji. Itulah yang tersirat dari sabda Rasulullah SAW: “al-Hajju 'Arafah (Haji itu adalah Arafah).” Sehingga bagi siapa yang tak melakukan wuquf di Arafah, maka ibadah hajinya sesungguhnya telah musnah. Pernah suatu ketika Rasulullah didatangi seseorang dan bertanya perihal haji. Maka beliau pun menjawab: “Haji adalah wuquf di Arafah. Bagi siapa yang menemukan pada malam Arafah sebelum terbitnya fajar dari malam jam'u, maka sungguh hajinya telah sempurna.”
Betapa mulia dan agungnya wuquf di Arafah. Itulah waktu yang bertabur rahmat dan penuh keberkahan-Nya. Doa yang paling baik, sabda Rasul, adalah doa di hari Arafah. Sabdanya pula: “Tiada hari yang paling banyak Allah menentukan pembebasan hamba-Nya dari neraka, kecuali hari Arafah.”
Aisyah r.a. pun pernah menuturkan, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Tiada satu hari dimana Allah lebih banyak membebaskan hamba laki-laki ataupun perempuan dari siksa neraka daripada hari Arafah. Dan sesunggunya Dia benar-benar mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka di hadapan segenap malaikat-Nya seraya berkata: Apa yang mereka minta pasti Kukabulkan.”
Sungguh berbahagialah bagi orang-orang yang diseru-Nya, untuk berondong-bondong menunaikan ibadah haji ke Baitullah serta melakukan wuquf di Arafah secara khusyu' dengan mengharap ridho-Nya semata. Dan dari setiap jengkal dari apa yang telah kita lakukan pada saat berhaji itu, semua telah dicatat dan dibalas oleh-Nya dengan tiada-tara.
Ibnu Umar r.a. pernah menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Adapun keluarmu dari rumahmu menuju Baitul Haram, maka setiap langkah yang dilakukan ontamu Allah akan menulis untukmu satu kebaikan dan menghapus pula satu kesalahan darimu. Adapun wuqufmu di Arafah, maka sesunggunya Allah akan turun ke langit dunia lalu membanggakan orang-orang yang wuquf di hadapan para malaikat-Nya, lalu berfirman: “Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang datang kepada-Ku denga rambut kusut dan berdebu dari berbagai penjuru dunia dengan mengharap rahmat-Ku. Lalu bagaimana andaikata mereka dapat melihat-Ku?
Oleh karena itu, andaikan kamu memiliki dosa-dosa sebanyak timbunan pasir, atau sebanyak jumlah hari di dunia, atau sebanyak tetes air hujan, niscaya Allah akan membersihkan darimu. Adapun lemparanmu ketika jumrah, maka itu disimpan untukmu. Adapun upaya menggunduli kepalamu, maka untuk setiap helai rambut yang jatuh engkau mendapat satu kebaikan. Bila kamu thawaf di Baitullah, keluarlah dosa-dosamu hingga seperti waktu kamu dilahirkan oleh ibumu.”
maka tunaikanlah ibadah haji dengan sepenuh-penuhnya. Dan semoga nanti dapat berpulang kembali, dengan mengantongi "predikat" haji mabrur. Dan senantiasa pelihara kemabruran itu dengan berbagai amalan yang melanggengkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Haji yang mabrur itu tak ada baginya balasan yang layak kecuali surga. Dan untuk melestarikan kemabruran haji, adalah memberi makan kepada yang membutuhkan (peduli sosial), menyebarkan salam (menciptakan kedamaian), dan berkata-kata yang sejuk (enak didengar).”
Wallahu a'lam bish-shawab.

*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain Asy'ari, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra, Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.