Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tausyiah K.H. Imam Haromain: Mengikat Tali Perjanjian yang Agung

Bismillah. Alhamdulillah.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari sejenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum: 21)
Inspirasi utama yang bisa kita petik dari ayat di atas, bahwa Allah-lah yang menentukan pasangan hidup kita. Para mufassir memaknai kalimat an khalaqa lakum min anfusikum azwaja, sebagai hak mutlak pregoratif Allah SWT. Sehingga siapapun pasangan hidup yang telah diberikan buat kita, semata itu merupakan amanah dari-Nya yang wajib kita rawat dengan sebaik-baiknya.
Allah SWT mengikat setiap pasangan itu dengan tali-temali yang sangat kokoh (mitsaqan ghalidan). Lalu ditumbuhkan-Nya darinya suatu daya tarik keindahan mawaddah wa rahmah; sebuah cinta kasih dan rasa sayang. Itulah modal teragung untuk bisa membawa bahtera pernikahan ini menuju suatu pulau kedamaian; yang tenang, tenteram dan sejahtera dengan penuh keselamatan.

Betapa luar biasanya peristiwa pernikahan itu. Setiap pasangan telah diikat-Nya dengan suatu ikatan perjanjian agung, yang setiap kita wajib memegangnya erat-erat dan jangan pernah sampai retas. Oleh karenanya, hendaknya kita berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan ikhtiar positif guna memupuk, menyirami dan merawat benih cinta dan kasih sayang yang telah dianugerahkan kepada kita.
Pernikahan - Mengikat tali perjanjian yang agung.
Sebagai teladan umat, Rasulullah SAW benar-benar dan sungguh-sungguh dalam merawat pernikahannya. Itulah sebabnya, beliau selalu memberikan panggilan yang indah terhadap istri-istrinya. Beliau senantiasa berkomunikasi secara santun dengan memilih kata-kata yang lembut, menyenangkan dan menyejukkan. Beliau tak pernah berkata kasar, meluapkan amarah, menghardik dan apalagi melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita; jadilah pasangan yang jika dipandang tampak indah menawan, jika dicium terasa harum dan jika diajak bicara terasa menyenangkan. Maka biasakanlah selalu tersenyum kepada pasangan hidup kita. Antarkan dia saat hendak bepergian dengan sekuntum doa, sapalah dia di kejauhan melalui handphone dengan pilihan kata yang menyenangkan, dan sambutlah sewaktu pulang dengan dekap kerinduan. Sesekali, ajaklah dia untuk berekreasi keluar kota atau sekedar untuk makan bersama.
Kunci untuk membentuk keluarga yang harmonis-sakinah, bahwa suami hendaknya memahami kewajibannya. Seperti memenuhi nafkah lahir dan batin, memberikan nasihat-nasihat agama demi keutuhan rumah tangganya, serta tak pernah menyia-nyiakannya. Demikian pula bagi istri, dirinya senantiasa bersikap taat dan patuh, memelihara harta suami, menjaga kehormatannya, selalu berusaha memperoleh kerelaan suami, serta tak memasukkan seorang lelaki yang bukan mahram-nya ke dalam rumah tanpa izin suami.
Sebab jika hal semacam itu sudah mulai dilanggar, maka mendung tebal yang hitam menggumpal akan menaungi atap rumah tangga. Maka mulailah timbul sikap saling menentang, saling menjelekkan, saling menuntut, sehingga memunculkan rasa bosan yang meretakkan pernikahan – yang akhirnya berujung pada buhul perselingkuhan.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya wanita itu pandangannya menggoda. Maka jika di antara kamu merasa terpikat olehnya, maka segeralah berpulang ke istrinya. Maka sungguh, apa yang dimiliki perempuan itu sama dengan yang dimiliki istrimu.”
Maka rawatlah selalu benih cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga. Dan jangan pernah melupakan kesadaran bahwa jodoh itu merupakan sebuah amanah; yang jika kita pintar untuk merawatnya, maka Allah benar-benar menjanjikan sebuah ketenteraman yang melimpah. Maka setiap kita, berkewajiban untuk mempertahankan kemurnian amanah ini. Sehingga pernikahan yang kita jalani, benar-benar bisa langgeng dan abadi, rukun, tenteram dan sejahtera.
Dalam berumah tangga, memang tak jarang terlilit kekurangan ekonomi. Tapi dengan kesederhanaan hidup semacam itu, jangan biarkan bahtera pernikahan ini jadi oleng dan karam. Bagaimanapun keberadaannya, selalulah berupaya untuk menjadi keluarga yang tenteram harmonis, damai, saling menghormati, saling mencintai, rukun dan penuh kasih sayang.
Ah. Betapa sayang, jika rasa kasih dan cinta yang telah dipupuk sejak awal pernikahan, tiba-tiba pecah terantuk karang diterpa gelombang kehidupan yang menenggelamkan?
Wallahu a'lam bish-showab.

*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.