Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tausyiah K.H. Imam Haromain: Obat Hati yang Paling Mujarab

Bismillah. Alhamdulillah.
Selama ini, sudahkah kita melaksanakan amal kebaikan dengan berlandaskan ikhlas? Sering hati kita terasa berat untuk melakukannya. Sebab, dari banyak kebaikan yang telah kita perbuat, masih kerap kali kita lakukan dengan pamrih. Padahal yang dinamakan ikhlas adalah amal perbuatan yg hanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah semata.
Ikhlas memang tak gampang. Untuk dapat mencapai ikhlas, kita masih harus menempuh perjuangan yang sulit. Saking sulitnya untuk meraih ikhlas, seorang ulama' mengatakan; "sudah berkali-kali aku berusaha keras untuk mematahkan riya' dari dalam kalbuku, namun ternyata ia tumbuh kembali dalam bentuknya yang lain." Sufyan Ats-Tsauri juga pernah berkata: “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku. Sebab begitu seringnya ia berubah-ubah.”
Betapapun sulitnya pencapaian ikhlas tersebut, namun kita jangan pernah putus asa untuk terus berupaya meraihnya. Sebab keutamaannya sedemikian agung dan mulianya. Seseorang yang hatinya penuh keikhlasan, maka kehidupannya akan senantiasa diliputi oleh rasa tentram. Sebab keikhlasan dapat memberikan kekuatan jiwa-raga, serta memurnikan niat demi menuju keridhaan-Nya.
Keikhlasan itu juga bisa memperpanjang amal kebajikan. Sehingga seseorang yang mempunyai sifat ikhlas, akan tumbuh semangat dalam dirinya untuk bekerja secara berkelanjutan. Sebab dia tidak pernah mencari perhatian, apalagi sanjungan dari orang lain. Sayyidina Ali pun berkata: “Orang yang ikhlas itu, jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dirinya tak pernah mengharapkannya. Sebab beramal itu, hakikatnya kita sedang berinteraksi dengan Allah. Oleh karenanya, harapan yang akan senantiasa tertuju kepada keridhaan-Nya semata.” Bahkan Asy-Syathibi pun menandaskan: “Bahwa penyakit hati yang paling terakhir menghinggapi hati orang-orang shaleh, adalah suka memperoleh kekuasaan dan gemar menonjolkan dirinya.”
Oleh karena itu, orang yang ikhlas beramal, bukanlah orang yang “beramal seikhlasnya”. Namun dia justru adalah orang-orang yang sangat tekun dalam bekerja, aktif dan disiplin ketika menjalankan tugasnya. Setiap pegawai yang ikhlas, dalam dirinya memiliki loyalitas yang tinggi dan sangat peduli terhadap komitmen pekerjaannya sebagai abdi bangsa. Sebab dalam dirinya ada dorongan yang selalu ingin melaksanakan tugas, demi untuk kepentingan pelayanan kepada masyarakat dan umat.
Dengan kata lain, seorang pegawai yang ikhlas, tak mungkin mengerjakan tugasnya secara setengah-setengah. Dengan kesungguhan dan ketekunannya dalam bekerja, dirinya akan mendapatkan penghargaan, promosi dan kenaikan pangkat jabatan. Itu semua merupakan hasil dari jerih payah dan kerja kerasnya selama ini. Meskipun sesungguhnya, dalam jiwanya tak pernah terbesit itu semua. Sebaliknya, dirinya justru takut dengan beragam popularitas dan jabatan. Karena dia masih mengakui kekurangan dirinya, serta senantiasa menyembunyikan amal kebajikannya. Sebagaimana petuah dari Basyr bin Al-Harits: “Janganlah engkau beramal agar engkau disebut-sebut. sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukanmu.” Di sisi lain, seseorang yang ikhlas itu juga sabar dengan panjangnya jalan menuju sebuah keberhasilan. Dan yang paling mengagumkan, seseorang yang ikhlas itu akan merasa gembira jika kawannya tengah memiliki kelebihan-kelebihan.
Untuk dapat menggapai derajat ikhlas seperti itu, maka tatalah hati untuk selalu bertasbih dan juga sering-seringlah bermunajat, berdoa dan memohonkan harapan kepada-Nya. Nabi SAW sendiri juga gemar melantunkan doa: “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya. Dan aku pun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah SAW bersabda: “Ingatlah bahwa dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika itu baik, maka seluruh tubuhnya akan baik pula. Dan jika itu buruk, maka seluruhnya akan menjadi buruk. Ingatlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.”
Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab, terletak pada satu kata: ikhlas! Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk tubuh dan rupamu, melainkan Allah melihat pada hatimu.”
Wallahu a'lam bish-shawab.

*) Penulis adalah K.H. Imam Haromain Asy'ari, M.Si., pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra.