Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tausiyah K.H. Imam Haromain: Selalu Gelisah Sebelum Mengulurkan Derma

Bismillah. Alhamdulillah.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, karena dengan zakat itu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu bisa memberikan ketenteraman bagi jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (at-Taubah:103)
Masih terasa ringankah berzakat di zaman mutakhir seperti ini? Dimana orang lebih merasa, bahwa harta benda yang melimpah adalah merupakan hasil jerih payahnya sendiri daripada merupakan pemberian anugerah berkah dariNya? Masih dengan gairahkah ketika petani di sawah ladang mengulurkan zakat setiap panen – 10 persen bagi yang proses pengairannya begitu mudah didapatkan dan 5 persen bagi yang proses bercocok tanamnya dilaluinya dengan berat? Masih dengan senyumkah ketika para pengusaha, pedagang dan profesi lainnya – yang nishabnya telah mencapai seharga 94 gram emas – menunaikan 2,5 persen zakatnya setiap tahun?
Bagi imannya yang masih tertancap di lubuk hati, tentu tak akan merasa berat sedikitpun ketika sebagian hartanya yang menumpuk dialirkan kepada kaum fakir miskin. Bahkan dirinya merasa, bahwa itu bukanlah sebuah pemberian. Sebab zakat adalah merupakan hak bagi fakir miskin, karena dari tumpukan harta benda yang menggunung milik para aghniya’ adalah merupakan hartanya jua.

Itulah sebabnya Islam memberikan titik tekan, bahwa berzakat adalah merupakan jalan penyucian harta benda. Zakat adalah sebuah amanah, yang jika tak segera dilaksanakan berarti harta benda miliknya masih tercampur dengan kotoran. Bagi setiap jiwa yang beriman, hendaklah mereka yakin dengan berzakat tak akan pernah mengalami kerugian. Sebab Allah SWT tak akan pernah membiarkan hambaNya yang tengah menunaikan kewajiban yang diperintahkanNya.
Zakat Fitrah - Wajib bagi setiap muslim
Tak sedikit dermawan yang setiap tahunnya senantiasa membagi-bagikan zakatnya. Ini membuktikan bahwa Allah telah mengganti harta yang dikeluarkannya dengan ganti yang jauh lebih baik. Seorang dermawan, nyatanya tak akan menjadi bangkrut lantaran zakat yang dikeluarkannya. Dan yang paling menggetarkan hati, ketika derma itu diulurkan kepada para fuqara’ dan masakin, mereka lantas melantunkan doa kepada sang pemberi. Doa itu didengar langsung olehNya dan tak akan pernah ditampik.
Maka segera bergegaslah untuk menunaikan zakat selagi kesempatan masih sangat terbentang. Sebab sabda Rasul, kelak akan datang satu masa dimana ada orang yang menawar-nawarkan zakatnya. Setelah berjalan jauh, tak satu pun ditemukan orang yang mau menerimanya. Setelah sampai pada suatu rumah – yang dilihatnya sang penghuni sangatlah berhak untuk menerimanya, maka diuatarakanlah maksudnya. Tapi kata sang penghuni tersebut: “Waduh sayang sekali, seandainya kemarin saya akan menerimanya. Tapi kini saya tak membutuhkannya lagi.”
Sekali lagi, jangan gara-gara terlalu sayang dengan harta benda lantas kita malas untuk mengulurkan derma, mengalirkan shadaqah, mengulur infaq, apalagi menunaikan zakat. Sabda sabda Nabi SAW sangatlah jelas: ”Zakat itu dari orang kaya dan dikembalikan kepada fuqara’ masakin.” Ungkapan ini hendaknya cukup menjadi nasehat buat kita sehingga tak pernah tenang dan bahkan selalu gelisah ketika kita belum mengeluarkan zakat.
Lantas bagaimana jika dengan membagikan zakat justru menuai sebuah tragedi? Sebuah niat yang baik memanglah harus dilakukan dengan cara yang baik pula, sehingga tujuan kesejahteraan tersebut benar-benar dapat mensejahterakan. Dan agar berlangsung secara tertib dan aman, hendaknya disampaikan lewat badan amil zakat. Para amil inilah yang mendata kantong-kantong kemiskinan yang ada di suatu daerah. Dengan data itulah diharapkan penyaluran zakat dapat diberikan secara merata.
Yang merisaukan, justru ketika ada orang-orang yang sebenarnya tak termasuk dalam hitungan “orang yang membutuhkan”, mereka juga turut berdesak-desakan ikut dalam antrian yang panjang. Orang-orang semacam ini patutlah mentalitas keimanannya dipertanyakan. Lantaran bagi mereka yang mentalitasnya bagus, tentu tak akan turut dalam rombongan orang-orang yang berjubel mengambil zakat. Sebab mentalitas Islam itu adalah memberi dan bukan meminta.
Alhasil, jika para Muzaki cermat dan bijak dalam menyalurkan zakatnya, tentu para mustahik akan menerima hak-haknya dengan sepadan. Sayangnya, hingga kini tak sedikit para Muzaki yang masih enggan mengeluarkan zakatnya. Padahal ancaman Allah SWT sangatlah menakutkan bagi orang yang tak mau berzakat. Kelak harta benda tersebut akan dirupakan ular-ular yang melilit leher dan mencabik-cabik tuannya.

Wallahu a’lam bish-shawab!

*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Gambar diambil dari flickr.com.