Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Pola Utama Mendidik Anak Dalam Islam

image: iqrafoundation.com
Kehadiran mereka membahagiakan setiap sela-sela kesibukan, menerangi setiap kegelisahan, melunakkan rintangan dari penatnya pekerjaan setiap harinya. Mereka lah buah hati tambatan jiwa. Dari mereka, Lelah melebur menjadi tenaga, Sedih seketika berubah menjadi bahagia. Seluruh orang tua di dunia akan melakukan apapun yang terbaik untuk anak-anaknya, dalam hal apapun itu. Sering kali niat yang baik akan luntur bila tanpa dibarengi dengan pengalaman atau pengetahuan. 

Mendidik anak, merupakan persoalan yang sangat pelik. Banyaknya berita-berita yang kita dengar setiap harinya, ikut memilukan kehidupan orang tua. Tidak hanya di televisi, bahkan telah merambat ke dalam keluarga kita dewasa ini. Kali ini kita akan sedikit melebar dengan beberapa hadits-hadits dari Rasulullah SAW, mengenai betapa pentingnya mendidik anak dengan empat metode yang akan kita urai di bawah ini.

1. Pendidikan melalui pembiasaan
Masih sangat berlaku pepatah ini “bila guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Terkadang pernah suatu kali seseorang mendiamkan anak-anak di dalam rumah, tanpa sengaja diam itu juga tertular kepada anak-anak. Selanjutnya setiap pagi seseorang mencoba membersihkan halaman rumah, Lambat-laun apa yang dilakukan berupa menyapu dan sebagainya tertular kepada anak-anak.

Menjadi contoh adalah hal yang paling utama. Untuk tahap selanjutnya, setelah orang tua memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya pada usia perkembangan, adalah memerintahkan kepada anak apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Q.S Thaha /20:132 “Dan perintahkanlah kepada keluargamu (istri/suami dan anak-anakmu) mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya''.
Hadits Rasulullah SAW menganjurkan untuk membiasakan mendirikan shalat dan membaca Al-Qur’an di dalam rumah. Dengan sendirinya, suara  Al-Qur’an dan ibadah shalat akan memberikan suasana indah dalam kehidupan rumah tangga. Sebab di dalam shalat tersimpan energi positif yang berkutat bagi siapa saja yang melaksanakannya. Dalam hal ini, ayah akan memimpin keluarganya berada dalam energi positif. Tentunya suasana yang dilingkupi energi positif menjadi sumber keakraban tersendiri yang tidak akan ditemukan anak di luar rumah, kecuali di masjid.

Sebaliknya, keluarga yang tidak ada pelaksanaan shalat di dalamnya, di rumah akan terasa hampa, tidak ada rasa yang lain selain rasa hanya sekedar numpang istirahat. Setelah itu anak-anak akan keluar meninggalkan rumah, dan enggan pulang atau berlama-lama di rumah.

Rasulullah SAW bersabda “ Hiasilah atau sinarilah tempat tinggalmu dengan (membiasakan) shalat (berjama’ah) dan (membiasakan) membaca Al-Quran (bersama)”, H.R. Al Baihaqi. Kita tahu secara seksama, Bahwa shalat merupakan syarat akan sesuatu yang menenangkan jiwa, begitu pun dengan Al-Quran. Bacaan Al-Quran akan mengajak pembacanya untuk merenungkan makna-makna atau pesan-pesan yang ada di setiap ayatnya.

2. Pendidikan dengan keteladanan
Anak-anak khususnya pada usia dini, selalu menirukan apa yang dilakukan orang sekitarnya. Jika orang memperhatikan anak-anaknya dan telah masuk pada fase ini, orang tua haruslah berhati-hati karena apa yang dilihatnya tidak hanya membekas, tetapi tertanam di dalam benak anak. Maka dari itu, penting adanya untuk menjaga sikap di depan anak-anak.

Rasulullah SAW mengingatkan akan pentingnya kejujuran, tidak berbohong kepada anak kecil, “Barang siapa berkata kepada anak kecil, ‘marilah ke sini, ini akan aku berikan untukmu’’, kemudian ia tidak memberi, maka ia adalah pendusta” H.R Ahmad. Perlu diingat kembali, Bahwa anak akan meniru seseorang yang ada di sekitarnya. Sementara membohongi anak akan berimbas di masa depannya kelak. Apabila kita dibohongi anak, ada baiknya kita mengingat-ingat, mungkin kebohongan tersebut pernah kita lakukan kepadanya.

3. Pendidikan melalui nasehat dan dialog
Negeri kita ini adalah negeri pengobrol. Tidak sah rasanya bila dalam satu hari kita tidak mengobrol. Sering kali seorang ibu atau ayah melarang anaknya untuk keluar rumah, namun di dalam rumah sang anak tidak diajak mengobrol. Hal demikian hanya dengan sedikit sulutan dari teman-temannya, atau dalam bahasa sekarang kita kenal dengan ‘’doktrin’’, akan menjadikan anak memberontak kepada orang tuanya. Sering pula ketika anak sedang mendapatkan masalah, lantas anak dikenakan hujatan, dimarahi, bahkan dipukul.

Sungguh bahtera keluarga yang harmonis ketika ada dialog di dalamnya. Orang tua bertugas membuka obrolan kepada sang anak apabila anak sedang dirundung masalah. Harapan anak untuk dikuatkan di kala ia memiliki persoalan. Namun jika tidak ada obrolan kepada anak, maka sang anak akan menjauhi rumah, ia akan menceritakan segala keluh kesahnya kepada teman-temannya. Hingga berkuranglah peranan orang tua terhadap anak.

4. Pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman
Menanamkan nilai-nilai moral keagamaan, sikap, dan perilaku, juga memerlukan pendekatan atau metode dengan memberikan penghargaan atau dengan hukuman. Bila di awal cerita, sebagaimana pendidikan berjalan dengan pembiasaan dan suri tauladan. Kali ini bagaimana memberikan contoh konkrit kepada sang anak berupa penghargaan, Jika anak ( perempuan/laki-laki ) membantu orang tua di rumah.

Maka orang tua bersegera mengucapkan “terima kasih” kepada sang anak. Hal demikian mengajarkan anak untuk menghargai jerih payah orang lain. Secara tidak langsung juga akan diterapkan anak kepada orang lain nantinya. Untuk selanjutnya, di dalam agama agar orang tua memberikan peringatan kepada anak-anaknya bila pada umur tujuh tahun tidak melaksanakan shalat atau tidak berpuasa. Pembiasaan ini akan mengakrabkan anak kepada kewajiban-kewajiban beragama.

Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika sudah berusia sepuluh tahun maka “pukulah” jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkanlah tempat tidurnya” , H.R  Abu Daud. 


Kontributor : ARBAMEDIA TEAM - Kediri