Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna "Ikhlas" Yang Tersembunyi Dalam Surah Al-Ikhlas

image: wallpaperes.altervista.org
Tuhan merupakan zat yang tak akan pernah kita ketahui kepastiannya, namun Ia mengagungkan diriNya dengan bahasa, bahasa Al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an memberikan larangan untuk memikirkan zat Allah, namun Allah memberi manusia petunjuk untuk memkirkan apa-apa yang telah Ia ciptakan.

Allah memberikan kita petunjuk berupa Al-Qur’an, dibutuhkan pemahaman yang baik untuk mengetahui isi petunjuk tersebut. Surah Al-Ikhlas, Surah pendek berisi empat ayat, dinamakan Al-Ikhlas tetapi sama sekali tidak ada kata Ikhlas di dalamnya. Apa maksud yang hendak disampaikan Oleh Allah swt..?,  Mari kita simak..

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Ayat pertama “qul huwallaahu ahad” : Katakanlah Tuhan itu Ahad.
Dalam terjemah Al-Quran yang lain diartikannya “katakanlah Tuhan itu Esa”, ada juga yang mengartikannya “katakanlah Tuhan itu Satu”.

Engkau yang satu, apakah sama pemaknaan satu sebagai contoh satu ‘’Dian’’  dengan satu ‘’Tuhan’’?, Benarkah satu itu tidak ada unsur lain?. ‘’Dian’’ satu, tetapi ada dua tangan, dua kaki, dua telinga, dua mata. Tetapi Dian tetaplah satu, Satu atau Tunggal. Seorang lelaki menikah dengan perempuan akan membentuk satu keluarga. Dua orang tetapi dinamakan “satu” keluarga. Satu disini bermakna penyatuan dua unsur yang menjadi satu.

Namun, Tuhan tidak membutuhkan pasangan, adakah Tuhan kesepian?, Tuhan tidaklah sendiri, tidak juga banyak, sebagaimana banyaknya manusia. Tuhan bersama dengan ciptaan-Nya : kerjasama tim, sebagaimana keluarga antara suami dan istri. Maka Tuhan beserta Malaikat-malaikat-Nya dan dengan segala yang Ia cipta.

Tuhan meliputi segalanya, meliputi alam semesta, meliputi malaikat-malaikat-Nya, Serta meliputi apapun itu. Itulah ahad, satu atau Tunggal. Dalam konsepsi Jawa, kita kenal dengan kata manunggaling kawula gusti. Manunggal: satu. Dalam konsepsi kenegaraan kita kenal dengan kata Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka: berbeda-beda / beragam, Ika: Satu. Jadi apa makna dari Tunggal?, Bisakah diartikan “tetapi”?, Dalam tunggal itu ada keberagaman.

Tuhan adalah dzat yang Maha Sempurna. Kita tidak akan pernah tau bagaimana dzat Tuhan yang sebenarnya, namun penting adanya untuk mengetahui agar terbangun pemahaman bila Ia benar-benar berbeda dengan makhluk-Nya. Dalam Surah Al-Ikhlas dijelaskan, “katakanlah Tuhan itu satu”, kalimat ini merupakan kalimat impressive. Muhammad diperintahkan oleh Tuhan melalui Jibril untuk mengakui bila Tuhan itu satu. Ayat ini juga dikenal dengan ayat Tauhid. Muhammad dikuatkan kembali dengan pengakuan tersebut, sekaligus sebagai peringatan kepada umatnya agar melakukan perjalanan-perjalanan “tauhid”. Sebagaimana pula yang dilakukan  Ibrahim dalam proses pen-Tauhidannya.

Dalam bahasa sederhana “katakanlah Dian, itu adalah kekasihku”. Seseorang memerintahkanku untuk mengakui jika Dian adalah kekasihku. Malaikat menguatkan keyakinan Muhammad dengan persaksiannya “Tuhan itu satu”. Begitupun dengan aku yang bersaksi tentang “Dian adalah kekasihku”. Ada pengakuan di dalamnya atau mengikrarkan diri. Ayat kedua dari Surah Al-Fatihah sebagai penjelas tentang Tuhan yang satu, siapakah Tuhan yang satu itu? “alhamdulillaahi Rabbil Aalamiin”: Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Tuhan yang satu, meliputi seluruh semesta (Baca: Gus Mus). Akankah Tuhan kesepian?, Jawabannya tidaklah mungkin Tuhan kesepian, karena Ia adalah yang Maha Cinta?, ialah Tuhan yang meliputi alam semesta.

Kemudian pertanyaan bagi kita semua, Akankah Tuhan jatuh ‘’Cinta’’ kepada manusia seperti kita ini?, Sementara kita ini hanya sebahagian yang sangat kecil dari alam semesta ini..

Ayat kedua “Allaahus Shomad’ : Tempat meminta segala sesuatu. Pemaknaan kita terhadap ayat ini akan lekas kepada sifat kedermawanan Tuhan. Meminta, sangat berhubungan dengan sesuatu yang bersifat materi, “aku meminta uang kepada Ibu” sangat bermateri. Apakah Tuhan materialistik?, Sementara Tuhan tidak mengukur manusia dengan kekayaan. Bentuk tubuh dan apapun itu melainkan hanya dari segi ketakwaan. Kita sempat melupakan kata “pinta” (cintailah aku, hanya itu yang aku pinta). Kata-kata ‘’pinta’’ cocoknya dengan sesuatu yang inmateri atau tidak bermateri. Bagaimana jika seumpama diartikan “Allaahu Shomad”: Tempat meminta segala Pinta.

Dalam terjemahan Al-Qur’an yang lain bermakna: Adalah Tuhan yang bergantung padanya segala sesuatu. Yang bergantung itu adalah beban, hidup ini dipenuhi dengan beban / persoalan. Hanya kepada Ia lah satu-satunya yang meliputi segala misteri dan rahasia-rahasia tempat manusia menggantungkan keluh kesah, rasa dan asa. Akankah kita meminta rezeki kepada Tuhan berupa emas ataupun permata?, Ataukah kita meminta untuk dibukakan pintu-pintu pengetahuan agar kita lekas mengetahui dari mana memulai pekerjaan yang terbaik?...

Ayat ketiga “ lam yalid walam yuulad” : Tidak beranak dan juga tidak diperanakkan. Mari kita obrolkan, Tuhan tidak beranak, Dan mari kita mengurusi kata anak. Anak berawal dari air mani dan sel ovum. Di obrolan selanjutnya kita akan bahas lebih mendalam. Anak lahir karena bersenggama, sangatlah jauh untuk Tuhan berkegiatan seperti itu. Mari kembali lagi, dengan Ia Tuhan yang meliputi segala semesta, Sungguh rendah kedudukan Tuhan bila Ia dilahirkan apalagi melahirkan. Mungkinkah Tuhan memerlukan semua itu, Tuhan tidak butuh bersenggama, sebab Ia adalah dzat yang ‘’Maha Cinta’’, Maha Pencipta tanpa reproduksi.  

Ayat keempat “walam yakunlahu kufuwan ahad”Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya. Ayat ini sebagai pembersih, Bersih dari apapun mengenai pemikiran manusia terhadap-Nya.

Itulah IKHLAS. Sama sekali tidak ada kata-kata Ikhlas di dalam surah Al-Ikhlas. Ikhlas tidak meski disebutkan, Ikhlas adalah bentuk pentauhidan kepada Allah yang Maha Kuasa. 
Kontributor : ARBAMEDIA Team