Metode ALMIFTAH, Belajar Baca Kitab Menyenangkan
Dicetak dengan kertas berwarna kuning dan tulisan arab "gundul" (tanpa harokat) menjadi sebab kenapa dinamakan kitab kuning. Terlepas dari penyebutan kitab kuning, saat ini telah banyak dicetak kitab-kitab yang menggunakan kertas berwarna putih.
Tradisi pesantren salaf yang menuntut santrinya supaya bisa membaca dan memahami kitab kuning melalui ilmu "alat" (nahwu, shorof, balaghoh, dll) memiliki metode yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan metode klasik dan ada yang modern (metode cepat) seperti Almiftah, Amsilati, dll. Melalui inovasi dalam mempercepat membaca kitab, memudahkan para santri belajar dibandingkan dengan metode klasik.
Metode Almiftah Lil Ulum yang berasal dari Ponpes Sidogiri (tatimmahsidogiri.id) menjadi pilihan tepat bagi Asrama Sunan Ampel untuk membantu santri dalam mempercepat membaca kitab kuning. Saat ini Asrama Sunan Ampel merupakan satu-satunya pesantren di pondok Denanyar Jombang yang menerapkan metode Almiftah lil ulum.
Terdiri dari 4 jilid, dilengkapi dengan lagu nadzom bahasa indonesia, dan penyajian desain buku berwarna serta menarik, menjadikan para santri senang mempelajarinya. Demikian karena di tengah-tengah pembelajaran, santri diajak untuk bernyanyi nadzom yang berbahasa indonesia tersebut.
Inovasi-inovasi sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran santri dan program program yang diminati masyarakat di era modern ini. Hal ini dilakukan sebagai respon dari perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan tradisi pesantren. Sebagaimana visi Asrama Sunan Ampel yaitu "Melestarikan tradisi, mengembangkan inovasi". Visi tersebut merupakan penerjemahan dari Qoidah fiqih yaitu : Almuhafadzotu 'ala qodiim assolih wal akhdzu bil jadidil aslah.
Penulis: R. Mukti