Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Al-Qur’an Sudah Mengajarkan Idealisme dari Awal Sejak Kita Lahir

Gambar: islamicity.org
Menyoal kitab suci, banyak sekali kodifikasi di dalamnya. Kodifikasi yang dimaksudkan untuk pembenaran suatu dasar hukum yang berkembang di semua pihak. Namun bagaimana bila naskah yang terstruktur secara kritis transformatif tersebut sudah mengajarkan kita, bukan mengajarkan, maaf lebih tepatnya memberi tahu kita dan mengajak berpikir tentang idealismenya terhadap pandangan manusia yang berbeda pandangan.

Sama halnya dengan kitab suci umat Islam atau yang kita tekuni selama ini, kita kaji setiap hari, kita ulang dalam membaca, bahkan ada yang sampai paham serta mengetahui maksud di dalamnya. Namun mereka yang paham kadang juga menyalahgunakan, sampai pada akhirnya kita sebagai makhluk yang belum tentu tahu dan paham maksud dari Al-qur’an tersebut, mulai mengira dan berandai-andai dengan pertanyaan nalar yang wajar, dengan kemampuan berpikir manusia secara umum. 

Misal, dulu dikatakan bahwa kitab suci yang sampai akhir hayat adalah Al-qur’an, kitab suci yang menjadi dasar hukum umat hidup di dunia dan selamat di dunia sampai akhirat. Namun adakah kemungkinan seumpama Al-qur’an itu kemudian ada pembaruan ketika semua penghafal Al-qur’an (read:tahfidz) sudah meninggal?. Apakah tidak ada kemungkinan akan ada keyakinan baru jika keadaannya sudah seperti itu?. Pertanyaan seperti ini memang akan bisa dilawan di dalam Al-qur’an, namun coba kita pikir secara logika, bagaimana penyadaran umat jika ada yang berpikir sedemikian?

Kemudian contoh yang lain, Al-qur’an memberikan keterangan tentang hal sabar yang terdapat di surat Az-zumar, Al-baqoroh, Ali Imron, Asy-syuara’, dan surat Muhammad, kita kaji QS. Az-zumar ayat 10 yang artinya : 

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

Di sini sudah jelas digambarkan, bahwa siapa pun yang sabar maka akan didekatkan dengan keberuntungan kepada Allah, barang siapa yang bersabar akan selalu bersama syafaat Allah. Namun di dalam hal lain, di surat-surat Al-qur’an yang lain juga dijelaskan pengertian, bahwa tidak ada yang bisa mengubah seorang kaum apabila tidak mengubahnya sendiri. 

Dijelaskan di dalam QS Al-Anfal ayat 53 yang artinya :

(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621]  , dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Sekarang mari kita pikir logika, itu cuma satu ayat atau satu redaksi yang terdapat dalam kitab suci Al-qur’an. Bagaimana jika kita analogikan dengan keadaan yang lain. Semisal, tentang sebuah usaha yang katanya Tuhan tidak akan menguji hambanya dengan cobaan yang melebihi batas kemampuannya. Namun sisi lain dijelaskan dalam realita, bahwa banyak sekali fenomena yang sedang terjadi di negara bagian muslim yang hanya bersabar dalam cobaan dan teror, dengan landasan bahwa akan ada pertolongan tuhan dalam bentuk lain, namun pada akhirnya mereka tetap saja kesusahan sampai detik ini. Ini sudah sedikit membuktikan bahwa manusia yang diuji memang tidak kuat.

Kita ambil kasus lain, Tuhan menyuruh hambanya untuk berdiam diri saja dan berdzikir kepada tuhan-Nya, namun sisi lain menjelaskan juga bahwa, jangan kamu diam saja, kamu berhak melawan jika ada yang tidak sopan kepadamu, atau lain sebagainya.

Pada akhirnya, kajian ini hanya bersifat logika yang bisa kita nalar bersama untuk mengetahui isi Al-qur’an secara gamblang. Mengajak kita, membuka pikiran kita untuk belajar membaca Al-qur’an sampai pada asbabul wurudnya diturunkan ayat tersebut. Begitu indah muslim dan agama Islam yang sudah digariskan oleh Tuhan semesta alam Allah SWT. Islam berbagi  ( Lh  /  asadenanyar )

[621] Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.