Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Pijakan Untuk Menatap Hari Esok

Ketika Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabat tentang amal perbuatan apa yang menyebabkan manusia masuk neraka? Beliau menjawab, yakni perbuatan yang bersumber dari mulut dan dari kemaluan. Dan perbuatan apa pula yang kebanyakan membuat manusia masuk surga? Beliaupun menjawab, bertaqwa kepada Allah dan akhlaqul karimah.

Pada hadits yang lain beliau bersabda: “Aku menjamin masuk surga orang yang dapat menjaga sesuatu di antara dua rahangnya dan yang berada di antara kedua pahanya.” Beliaupun juga pernah bersabda: “Barangsiapa mendapatkan penjagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala dari kejahatan lidah dan kemaluannya, maka dia akan masuk surga.”

Untuk dapat meraih penjagaan-Nya tersebut, setidaknya kita harus merawat empat hal. Pertama, tajdidul alaqah bittaqwa. Bagaimana kita senantiasa melakukan penguatan diri terhadap taqwa. Sebab kekuatan hubungan kepada Allah itu, merupakan sebuah energi yang sangat luar biasa. Energi ketaqwaan inilah yang melahirkan akhlaqul karimah. Energi ini pula yang membuat seseorang selalu bertawajjuh pada-Nya; di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja.

Yang kedua, adalah tajdidul alaqah binnafsi. Bagaimana kita senantiasa memperbaru kedirian kita. Kita hendaknya menyadari, bahwa diri ini adalah merupakan kepunyaan-Nya. Sungguh, sebenarnyalah kita tak memiliki apa-apa dan tak bisa apa-apa. Allahlah yang meminjami dan memberi kekuatan untuk bisa berbuat apa-apa. Sayangnya, kesadaran semacam itu kerap dirusak oleh nafsu angkara. Nafsulah yang memporak-porandakan kedirian manusia, hingga terjungkal ke jurang-jurang kenistaan.

Kalau kita mau menyadari, nikmat Allah yang berada di wilayah wajah kita saja sudah demikian amat luar biasa. Ketika gigi-gigi kita tanggal, maka dia akan tumbuh seperti halnya rambut kepala. Namun gigi-gigi itu tak akan pernah meninggi hingga keluar menusuk hidung kita. Sungguh, ini merupakan anugerah kebesaran-Nya yang teramat indah. Maka adakah alasan untuk berpaling dari bertaqwa kepada-Nya?

Sedangkan yang ketiga, adalah tajdidul alaqah bilQur'an. Hendaknya kita selalu menjaga interaksi dengan al-Qur'an. Dalam keseharian janganlah pernah lepas darinya. Sebab al-Qur'an merupakan sumber inspirasi yang sangat agung bagi kehidupan, baik di dunia maupun akhirat. Dialah kitab petunjuk yang membuat hidup menjadi damai menenteramkan. Al-Qur'anlah energi yang tak pernah padam untuk membangun diri sebagai hamba.
Empat - Ada empat hal yang dapat digunakan pijakan untuk hari esok.
Dan yang keempat, adalah tahsinul alaqah bilmuslimin. Perbaruilah senantiasa hubungan kita dengan saudara sesama Muslim. Setidaknya, jangan sampai diri ini justru menjadi sumber malapetaka bagi kehidupan kaum Muslimin. Lewat tali ukhuwah, jalinlah persaudaraan yang tulus; satu komunitas memperkuat komunitas Muslim lainnya. Dengan ukhuwah, tentu akan terjalin pula kekuatan untuk sama-sama ber-fastabiqul khairat. Hal inilah yang nantinya akan bermuara ke ukhuwah basyariyah. Bagaimana kita menjalin hubungan kebaikan dengan sesama manusia, tak peduli apapun agama yang mereka yakini.

Dari keempat hal tersebut, bisa kita jadikan sebagai altar pijakan untuk menatap hari esok. Evaluasilah dari apa yang telah kita perbuat, demi menyongsong hari depan yang lebih gemilang. Canangkanlah program-program dan langkah-langkah perbaikan, demi masa depan kemanuisaan yang lebih agung. Bagi yang illmunya melimpah, sadarilah bahwa itu tak bernilaiguna jika belum bermanfaat bagi orang lain. Belum berdayaguna pula sebuah jabatan, jika itu tak dapat mengayomi banyak orang. Dan belum sempurna harta seseorang, jika sebagiannya tak dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dan dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata: “Orang yang pandai adalah yang senantiasa mengevaluasi dirnya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang-orang yang lemah, adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi)

Wallahu a'lam bish-shawab!

*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Gambar diambil dari tribunnews.com.