Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tausyiah K.H. Imam Haromain: Wasit Pertandingan yang Paling Adil dan Jujur

Bismillah. Alhamdulillah.
Jika Anda ingin mengerti tabiat seseorang yang sebenarnya, maka bertanyalah pada tetangga dekatnya. Sebab dialah yang mengetahui perilakunya secara jujur dan secara apa adanya. Kepada orang yang rentang waktu pertemuannya agak jarang-jarang, seseorang memang masih bisa memoles wajahnya dengan topeng kepura-puraan. Tetapi topeng itu akan segera tersingkap, bila dirinya bertemu dengan tetangga dekatnya.
Tempo dulu kala, jika seseorang ingin mencari menantu, biasanya selalu memperoleh nasihat sederhana ini; telisiklah terlebih dahulu perilakunya dengan cara bertanya pada tetangga kanan-kirinya. Ibarat wasit pertandingan, tetangga yang dengan suka cita menghampirinya, maka dialah calon menantu yang diidamkannya. Tetapi kalau sang calon menantu tersebut dijauhi oleh tetangga, tentu masih ada peluang untuk mengurungkannya.

Maka jangan sekali-kali untuk tak menghiraukan tetangga. Apalagi malah mencederainya dengan cemoohan atau bersikap kasar terhadapnya. Jikapun kita dianugerahi-Nya kekuatan dan kekuasaan, janganlah pernah hal itu dipergunakan untuk melemahkan dan menindas tetangga. Ingat-ingatlah selalu, bahwa tetangga haruslah selamat dari lisan dan tangan kita.
Apalagi Rasulullah SAW sangat mengecam terhadap orang yang kehadirannya selalu merisaukan orang lain. Dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesunggunya seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah di hari kiamat nanti, adalah orang yang dijauhi orang lain karena takut atas kejahatannya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi)
Oleh karenanya, selalulah memperhatikan apa-apa yang telah menjadi hak tetangga. Jika dia sakit, bersegeralah untuk menjenguknya. Kalau dia punya hajatan, bertandanglah ke kondangan. Jikapun dia meninggal dunia, bergegaslah untuk mengantarkannya sampai ke areal pekuburan. Kalaupun melihat dia dalam kondisi kekurangan, usahakanlah untuk mengulurkan derma kepadanya.
Membantu tetangga - Jika beriman, muliakanlah tetangga
Lantas siapakah yang sesungguhnya disebut dengan tetangga itu? Para ulama' dulu mendefinisikan dengan batasan sepanjang 40 rumah. Maka betapa memprihatinkan, jika ada seseorang yang terkenal kejahatannya hingga mencapai sepanjang batasan tersebut?
Oleh karenanya, segeralah berhijrah untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tercela seperti memfitnah, menteror, menzalimi, mencederai atau semacamnya. Labih-lebih terhadap mereka yang masih berada pada area batasan tetangga. Sebab merekalah saksi hidup kita sehari-hari. Jikapun terlanjur kita pernah menyakiti hatinya, maka bersegeralah untuk berbenah. Sabda Nabi SAW: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangga.”
ciptakanlah sebuah bentuk pergaulan dan hubungan kemasyarakatan yang jauh dari tindak kejahilan. Baik kejahilan yang meluncur dari lidah, maupun tindak kekerasan dari tangan kita. Alhasil, marilah berjuang menjadi orang yang tak lagi merugikan orang lain. Sebab Islam itu senantiasa menyelamatkan dan bukan malah merisaukan. Sehingga sesama umat Islam sendiri, hendaknya menjalin komunikasi mesra dan bukan malah sebaliknya; saling mengganggu hingga tercipta suasana ricuh!
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Orang Islam itu adalah orang yang sesama orang Islam lainnya, aman dari gangguan lidah serta tangannya. Dan orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT” (H.R. Bukhari, Abu Daud dan Nasa'i)

Wallahu a'lam bish-shawab.

*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Gambar diambil dari flickr.com.